Posted by: nyomnyom | January 16, 2012

” Jadilah Milikku, Mau? “

Aku adalah seorang perempuan yang tak mudah jatuh cinta. Aku juga tak percaya dengan yang namanya first love. Makanya, Christian adalah pacar pertama sekaligus terakhir yang berhasil menyuntingku hingga kepelaminan. Meskipun demikian, pernikahanku dengan Christian boleh dibilang sangat harmonis. Suamiku itu sangat baik, penyabar dan penuh pengertian. Dia juga seorang yang romantis. Sering aku mendapat kejutan bunga lily kesukaanku atau surat-surat cinta yang dia selipkan di berbagai tempat yang aku pakai. Bahkan pernikahan kami kian bahagia dan lengkap dengan kelahiran putera pertama kami, Langit.

Tak terasa Langit sudah berusia 2 tahun kini. Waktuku pun sudah tak sesibuk dahulu ketika Langit masih bayi. Aku punya banyak waktu luang untuk melanjutkan hobi merajutku sewaktu masih gadis. Setiap sore sambil menunggu Christian pulang dari kantor, aku dan Langit berjalan-jalan ke taman dekat rumah kami. Sembari menjaga Langit bermain disana, aku merajut berbagai aksesoris rumah yang bisa kujual lagi secara online.   Aku juga mendapat banyak kenalan baru sesama pengunjung taman. Tak jarang mereka membeli hasil rajutanku. Namun, sudah hampir dua minggu ini aku lebih memilih untuk bercengkrama dengan kawan baru yang selalu menemaniku menjaga Langit di taman ini.

Entah mengapa aku seperti orang yang baru jatuh cinta lagi. Pertama kali melihatnya aku langsung jatuh hati. Aku selalu tak sabar untuk ingin segera ke taman dan bertemu dengannya. Ketika empat hari yang lalu ketika hujan turun dengan derasnya dan kami tak bisa kemana-mana selama beberapa hari, aku sangat khawatir tak bisa bertemu dengannya lagi. Aku takut dia mengira kami sudah pindah atau tak akan datang ke taman lagi. Kuakui aku merindukannya.

Hari ini langit cerah ceria. Sambil menunggu Langit bangun dari tidur siangnya, aku sudah mempersiapkan bekal yang akan kubawa ke taman. Agak berlebih bekal yang kubawa. Aku berharap bertemu dia dan akan kubagi dengannya. Nah, Langit sudah bangun. Segera ia kumandikan dan kemudian berangkat menuju taman.

Rupanya semua orang juga sudah rindu dengan taman ini. Ramai sekali. Aku mencari tempat yang agak teduh untuk menggelar tikar kecil tempat kami duduk. Langit sudah sibuk dengan mainannya sendiri. Aku mengeluarkan bekal kami dan kepalaku mulai berputar kesana-kemari mencari kawan baruku itu. Biasanya dia selalu duduk dibangku kayu dekat air mancur tak jauh dari tempat kami. Biasanya pula begitu kami sampai di taman dia selalu menghampiri. Aku mulai khawatir. Jangan-jangan dia sakit. Jangan-jangan dia pergi. Jangan-jangan dia…. Aahh, segera kuhapus segala pikiran jelak yang bersileweran dikepalaku. Mungkin dia memang belum datang, mungkin dia sedang bertemu dengan kawannya yang lain. Mungkin juga dia tersesat menuju kesini.

Tiba-tiba Langit berteriak kearahku sambil menunjuk-nunjuk kesuatu arah.

“ Mama, mama.. itu dia. “

Aku berbalik dan tersenyum bahagia. Dia datang. Sedikit kurus namun matanya masih sama. Mata yang selalu bersinar ketika melihatku. Kuputuskan saat itu juga aku tak mau kehilangannya. Kulambaikan tanganku kearahnya.

“ Aku khawatir kamu tak datang. Aku tak mau kehilangan kamu. “ ucapku kepadanya.

“ Jadilah milikku, mau? “ lanjutku lagi.

Seperti mengiyakan pertanyaaku, dia menjawab singkat.

“ Meonggg…”

Hari ini aku dan Langit membawa pulang seekor kucing kecil yang akan menjadi penghuni baru rumah kami.

 

(Diikutsertakan dalam proyek #15HariNgeblogFF yang diadakan oleh @WangiMS dan @momo_DM)


Responses

  1. hidup kucing 🙂

    • ” meoong. ” katanya

  2. Nyomnyom ini sepertinya pecinta kucing sejati ya. Hihi.
    Beberapa postingan terakhir, selalu berisi karakter kucing. 😀

    • benar, dulu waktu gadis kucing saya lebih dr 20 ekor, hehehe

  3. saya tadi nebak anjing. eh ternyata kucing

    • salah ya..hehehe


Leave a reply to nyomnyom Cancel reply

Categories